Saya tidak memiliki banyak pengetahuan untuk memberikan saran kepada pria agar menjadi ayah yang baik. Namun, sebagai ‘anak ayah’, saya melihat sebuah teladan yang luar biasa dari seorang ayah. Saya memiliki seorang ayah yang menakjubkan. Dia adalah ayah terbaik. Mencoba untuk menyimpulkan apa yang membuatnya menjadi begitu luar biasa tidaklah mudah. Ia lucu dan suka tertawa. Ia penuh dengan nasehat, dan sebagian besar dari nasehat itu sangat berguna dalam hidup saya. Dan setelah menikah lebih dari 40 tahun, ia masih membukakan pintu dan memompa gas untuk ibu saya. Semua hal ini adalah luar biasa, namun ketika saya memikirkan kembali masa kecil saya, salah satu hal yang membedakan ayah saya dengan ayah lainnya adalah ini...
Ayah selalu hadir.
Dalam zaman ketidakhadiran seorang ayah, para ayah pecundang, dan mereka yang memiliki masalah secara emosional untuk menjadi orangtua, saya dapat melihat bahwa kualitas ayah yang terbesar adalah kehadirannya di rumah.
Ayah saya adalah pria yang sangat teratur. Bahkan sampai hari ini, Anda akan melihat ia bangun di jam yang sama, berangkat kerja dan tiba di rumah pada jam yang sama setiap hari kerja. Banyak hal yang menjadi tugas rutinnya di rumah. Saya tahu hal itu mungkin terdengar membosankan, tapi apa yang dilakukannya itu seperti sebuah kekuatan stabilitasasi bagi saya dan saudara saya. Tanpa kata-kata, apa yang ayah lakukan seperti suara yang bergema dalam hidup kami, “Kalian bisa mengandalkan saya.”
Ketika saya masih kecil dan ia baru pulang sehabis bekerja, saya akan bergegas berlari ke pintu untuk menyambutnya. Setelah memeluk saya, ia selalu memastikan untuk memberikan sebuah ciuman hangat kepada ibu saya. Ibu kemudian akan bertanya kepadanya bagaimana hari yang telah dilaluinya dan memberitahukan bahwa makan malam akan siap sekitar pukul 5.30. Pada saat itu, saya tidak menyadari bahwa apa yang terjadi setiap hari itu menjadi sebuah cetakan dalam hati saya akan gambaran pernikahan yang sehat itu seperti apa.
Ayah selalu menjadi dirinya sendiri dan tidak pernah berusaha menjadi orang lain. Dan itu membuat kami mengasihinya sebagai seorang ayah dan menghormati dirinya bahkan lebih dari hanya sekedar seorang pria.
Ayah mengajari kami cara naik sepeda dan juga mengendarai mobil kami sendiri. Ia mendaratkan tepukan di punggung kami dan berkata, “Semua hal ini pasti akan berlalu” setiap kali kami melewati masa-masa sulit. Dia bersukacita bersama kami sebagai seorang ayah ketika kami menikah dan tetap menjaga komitmen pernikahannya bersama ibu. Ayah selalu hadir baik secara emosional, fisik dan mental sejak kami dilahirkan.
Jadi jika saya memiliki saran untuk para pria agar menjadi ayah yang baik, atau mungkin baru menjadi ayah atau bahkan sedang menanti kesempatan lain untuk menjadi seorang ayah, saya pikir semua anak ayah di seluruh dunia akan menyetujui hal ini. Hadirlah dalam kehidupan anak-anak Anda. Tunjukkan diri Anda. Dan mungkin Anda akan melihat bahwa menjadi diri sendiri adalah semua yang anak Anda benar-benar butuhkan dari ayahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar